Kamis, 23 Juni 2020 Restobazaar mengadakan webinar pertamanya dengan judul “Seluk Beluk Industri Restoran Menghadapi Era New Normal”. Webinar perdana ini menghadirkan Ibu R Kurleni Ukar, Deputi Bidang Kebijaksanaan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf sebagai Narasumber Utama, serta 3 Pembahas, Chef Stefu Santoso President of Association of Culinary Professional (ACP), Heru Setyanto pemilik restoran Mie Aceh Seulawah, David Hanndriyanto Founder & MD iClean Group, dan Moderator oleh Rahmi Hidayati dari Konsultan PR Share Communication.
Webinar yang dimulai pada jam 3 sore diikuti oleh 50 lebih peserta yang berasal dari industri food service dan bidang lainnya. Webinar dimulai dengan paparan dari Ibu R Kurleni Ukar dengan tema “Industri Food Service Menghadapi Era New Normal”.
Dalam paparan tersebut, ibu Kurleni Ukar yang akrab dipanggil dengan ibu Nike ini menceritakan dampak Covid-19 terhadap pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia dan bahkan dunia, “Dampak pandemi ke sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ini luar biasa, dan ini terjadi bukan hanya di Indonesia tetapi di luar negeri juga sebetulnya mengalami hal yang sama.”
Ibu Nike menjelaskan, berdasarkan data dari UNWTO 2020 yang diolah oleh Direktorat Kebijakan Strategis, terdapat penurunan kunjungan wisatawan internasional sebesar 850 juta - 1,1 miliar wisatawan (-58% hingga -78%). Selain itu, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ini juga mengalami risiko kehilangan devisa hingga 14,5 - 15,8 miliar dolar AS dan jutaan orang kehilangan lapangan pekerjaan. Bahkan proyeksi kunjungan wisatawan di 2020 ini turun antara 12 hingga 13 juta wisatawan mulai Januari 2020, dan hingga sekarang masih belum pulih.
Walaupun industri pariwisata Indonesia dalam kondisi tidak baik, namun menurut ibu Nike ada hal yang unik selama masa pandemi ini. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa jasa makanan dan minuman mengalami keterpurukan dan berada dalam kondisi high exposure. Namun justru sektor online food mengalami ekspose yang tidak terlalu besar (moderate exposure) bahkan mengalami peningkatan. Alhasil sektor ini menjadi suatu peluang yang baik di industri jasa makanan dan minuman. Hal ini membuat beberapa restoran memiliki bisnis baru berupa online food yang ready to eat sebagai alternatif penurunan pendapatan di sektor dine in mereka.
Ibu Nike juga menjelaskan bahwa selama terjadinya pandemi tren wisata turut mengalami perubahan. Wisatawan di berbagai negara akan merasa lebih was-was dalam melakukan perjalanan wisata setelah pandemi Covid-19 ini dan lebih memilih wisata dalam negeri ketimbang luar negeri. Kondisi ini membuat besarnya tuntutan akan standar kesehatan dan kebersihan, dan digunakan sebahagian orang sebagai pertimbangan untuk berwisata.
Belum lagi berdasarkan New Normal & Indicator Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI), kondisi ini merupakan tantangan berat bagi Indonesia karena di TTCI Indonesia menempati rangking yang rendah. Ibu Nike menjelaskan, di posisi Healthy and Hygiene Indonesia menempati rangking 102 dari 140 negara dan Safety and Security menempati rangking 80. Yang paling menyedihkan lagi menurut ibu Nike untuk kategori Environmental Sustainability Indonesia menempati peringkat 135, dan hampir berada di paling bawah. Namun begitu, wisatawan dari dalam negeri masih memiliki rasa optimistis dalam melihat pandemi dan masih berencana berwisata.
Dalam paparan ibu Nike juga menjelaskan terdapat tren baru wisata pascapandemi Covid-19 ini, seperti wisata alam menjadi lebih populer apalagi yang bertemakan kesehatan. Restoran outdoor juga akan menjadi favorit karena dianggap lebih aman bagi pengunjung, sebuah driving tourism yang lebih diutamakan dalam mengurangi risiko penggunaan transportasi umum dan wisata-wisata yang menyediakan pengalaman “berjarak” lainnya atau jauh dari keramaian.
Beliau juga menyarankan agar kita tidak pernah lagi menyebut kondisi yang New Normal, “Karena kondisi kita adalah yang abnormal, dan menggantinya dengan istilah adaptasi kebiasaan baru.” Beliau juga menambahkan, “Indonesia bahkan belum mencapai puncak pandemi, grafik terus menerus naik, jika kita tidak membuka ekonomi ini maka dampak pandeminya akan lebih meluas lagi.
Sehingga mau tidak mau dengan kesadaran inilah kita menyusun protokol kesehatan dengan Kementerian Kesehatan dan 14 KL lainnya secara bersama untuk menyusun protokol kesehatan bagi masyarakat di tempat dan bagi fasilitas umum dalam rangka pencegahan dan pengendalian Covid-19.” Menurut ibu Nike hal ini adalah usaha penyesuaian adaptasi kebiasaan baru yang dilakukan agar masyarakat dapat melakukan kegiatan sehari-hari, namun terhindar dari penularan Covid-19.
Pelaku industri jasa makanan dan minuman serta konsumen (masyarakat) diharapkan terus menerapkan protokol kesehatan, seperti pengecekan suhu karyawan ataupun tamu, menggunakan masker, mencuci tangan menggunakan sabun dan hand sanitized, jaga jarak, memastikan seluruh lingkungan dalam kondisi bersih, menjaga kualitas udara dengan mengoptimalkan sirkulasi udara dan sinar matahari, melakukan pembersihan filter AC bagi yang menggunakannya, larangan masuk bagi karyawan atau tamu yang memiliki gejala demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan atau sesak napas, menyediakan alat bantu seperti sarung tangan atau alat penjepit, mengutamakan cashless payment, mengkonsumsi gizi seimbang, dan menjaga daya tahan tubuh dengan cara istirahat yang cukup serta berolahraga. Hal ini dikarenakan kebersihan dalam menerapkan pola hidup yang lebih bersih dan sehat menjadi kunci utama dalam mencegah wabah tersebut.
Selain itu pelaku industri dan konsumen diharapkan mampu bertindak jika ditemukan kasus di tempat dan fasilitas umum dengan melakukan palacakan kontak erat, pemeriksaan Rapid Test atau PCR, lokalisir dan menutup area yang terkontaminasi, dan melakukan pembersihan dan disinfeksi terhadap area/ruang yang terkontaminasi.
Dengan adanya protokol tersebut diharapkan dapat menjadi acuan, namun ibu Nike menjelaskan bahwa penentuan kembali aktivitas masyarakat dan dunia usaha di tempat dan fasilitas umum tersebut disesuaikan dengan tingkat risiko wilayah penyebaran Covid-19 dan kemampuan daerah dalam mengendalikan Covid-19. “Jadi ini memang diserahkan ke Pemda karena memang Pemda yang lebih paham terkait dengan hal ini,” ungkapnya. Selain itu beliau menjelaskan bahwa protokol tersebut hanya mengatur tempat dan fasilitas umumnya saja, tidak mengatur back office-nya atau dapurnya.
Terdapat panduan yang bisa dibaca melalui website Kemenparekraf, ditujukan untuk pengusaha dan pengelola rumah makan, karyawan restoran atau rumah makan, tamu restoran, Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten Kota, serta asosiasi untuk melakukan pembinaan. Pelaku industri juga diharapkan memperhatikan informasi terkini serta himbauan dan instruksi pemerintah pusat dan daerah terkait Covid-19 diwilahnya masing-masing melalui situs https://infeksiemerging.kemkes.go.id atau www.covid19.go.id dan kebijakan pemerintah daerah setempat.
Jika Anda menginginkan presentasi dari Ibu Kurleni Ukar dalam webinar yang bertemakan “Seluk Beluk Industri Restoran Menghadapi Era New Normal”, dapat mengirim email permintaan ke restobazaar.id@gmail.com
Tags: webinar, restobazaar talk, covid-19, pandemi, industri food service, new normal, kemenparekraf, seluk beluk